Di Bawah Lindungan Ka’bah
Penulis : Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Penerbit : PT. Bulan Bintang
Cetakan : ke-31, Januari 2009
Tebal : 66 Halaman
HAMKA adalah akronim dari nama sebenarnya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau seorang ulama, sastrawan sekaligus aktivis politik yang sangat mashyur di negeri ini. Beliau lahiran di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908.
Ada empat petuah dari Buya HAMKA yang sampai sekarang (sedikit banyak) masih aku ingat. Aku baca petuah itu dari sebuah buku tapi aku sudah tidak ingat lagi kapan, dimana membacanya apalagi judul bukunya. Kalau tidak salah di buku itu Buya mengatakan bahwa:
1.Orang pintar itu adalah orang yang merasa bodoh.
2.Orang yang bisa berhubungan dengan yang Maha Suci adalah orang yang senantiasa mensucika diri.
3.Orang yang berbahagia adalah orang yang tahu kampong halamannya.
4.Bila seseorang rumahnya diketuk oleh kemiskinan maka lekas-lekas buka jendela dan melompatlah keluar.
Novel “ Di bawah Lindunga Ka’bah “ bercerita tentang kisah cinta yang tidak bisa menyatu dikarena terhalang budaya. Tokoh utama dalam novel ini bernama Hamid sedangkan penulis bertindak sebagi naratornya. Tidak ada tokoh antagonis dalam novel ini tapi bukan berarti novel ini menjemukan. Gaya bahasa novel seperti pada umumnya novel-novel angkatan pujangga baru jadi sangat kental nuansa melayunya, indah dan membuaikan.
Sepertinya aku kurang suka dengan penggambaran tokoh utamanya karena Hamid terkesan terlalu pasrah dengan penderitaanya. Sebagai laki-laki dia terlalu lembek dan pendek akal padahal dia seorang yang sangat religius. Seharus Hamid lebih kuat lagi ikhtiar, usaha dan tawakalnya untuk mewujudkan cita-citanya. Tapi mungkin karena hanya 66 halaman jadi jalan ceritanya sangat simple dan karakter yang dibangun juga kurang tereksplor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar